Cari Cepat Google

Minggu, 05 Mei 2013

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Permendagri No 21 Tahun 2011 dalam rangka pengelolaan keuangan tingkat SKPD

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Permendagri No 21 Tahun 2011 yang merupakan perubahan kedua atas Permendagri No. 13 Tahun 2006 dalam rangka pengelolaan keuangan daerah tingkat SKPD dan Unit Kerja
  • Diantara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu) Pasal baru yaitu Pasal 10A, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Dalam  rangka  pengadaan  barang/jasa,  Pengguna  Anggaran bertindak  sebagai  Pejabat  Pembuat  Komitmen  (PPK) sesuai  peraturan perundang-undangan  di  bidang  Pengadaan  Barang/Jasa Pemerintah.
  • Ketentuan Pasal 11 ditambahkan 1  (satu) ayat baru yaitu ayat  (5),sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut:
Ayat 1. Pejabat  pengguna  anggaran/pengguna  barang  dalam melaksanakan  tugas-tugas  sebagaimana  dimaksud dalam  Pasal  10  dapat  melimpahkan  sebagian kewenangannya  kepada  kepala  unit  kerja  pada  SKPD selaku  kuasa  pengguna  anggaran/kuasa pengguna barang. 
Ayat 5. Dalam pengadaan barang/jasa, Kuasa Pengguna Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat  (1), sekaligus bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen. 
  • Ketentuan  Pasal  189  ayat  (6)  huruf  b  dihapus  dan  huruf  c  diubah,  sehingga Pasal 189 berbunyi sebagai berikut:
Ayat 4. Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggung jawabkan secara administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnyadengan menyampaikan laporan pertanggung jawaban penerimaan kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Ayat 5. Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggung jawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Ayat 6. Laporan pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dilampiri dengan: 
a. buku kas umum;
b. dihapus;(buku pembantu per rincian objek penerimaan);
c. buku rekapitulasi penerimaan bulanan; dan
d. bukti penerimaan lainnya yang sah.
  • Ketentuan Pasal 200 ayat (2) huruf c dan d diubah dan ayat (3) dihapus, sehingga Pasal 200 berbunyi sebagai berikut:
Ayat 1. Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka ganti uang persediaan.

Ayat 2. Dokumen  SPP-GU  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-GU;
b. ringkasan SPP-GU;
c. rincian penggunaan SP2D-UP/GU yang lalu; (rincian SPP-GU)

d. bukti transaksi yang sah dan lengkap;
(surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran atas penggunaan dana SPP-UP/GU/TU sebelumnya)
e. salinan SPD;
f.  draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna
    anggaran/kuasa  pengguna  anggaran  yangmenyatakan bahwa  
    uang yang diminta tidak  dipergunakan untuk keperluan selain
    ganti  uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;
g. lampiran lain yang diperlukan.
Ayat 3. dihapus (Format surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d tercantum dalam Lampiran D.VII peraturan menteri ini.)
  •  Ketentuan Pasal 202 ayat  (2) huruf c dan ayat  (3) diubah dan diantara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat baru yakni ayat (4a), sehingga Pasal 202 berbunyi sebagai berikut: 
Ayat 1. Penerbitan  dan  pengajuan  dokumen  SPP-TU  dilakukan oleh bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu untuk memperoleh persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka tambahan uang persediaan.
Ayat 2. Dokumen  SPP-TU  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)
terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-TU;
b. ringkasan SPP-TU;
c. rincian rencana penggunaan TU; (rincian SPP-TU)
d. salinan SPD;
e. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna
    anggaran/kuasa  pengguna  anggaran  yang menyatakan
    bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk
    keperluan selain tambahan uang persediaan saat pengajuan
    SP2D kepada kuasa BUD;
f.  surat  keterangan  yang  memuat  penjelasan  keperiuan  pengisian
    tambahan uang persediaan; dan
g. lampiran lainnya.
Ayat 3. Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan. (Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan ditetapkan dalam peraturan kepala daerah)
Ayat 4.a. Ketentuan batas waktu penyetoran sisa tambahan uang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikecualikan untuk:
a.  kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan;
b.  kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah
     ditetapkan yang  diakibatkan oleh peristiwa diluar kendali PA/KPA;
  • Ketentuan Pasal 216 ayat (3) huruf b dan huruf d dihapus dan huruf c  diubah sehingga Pasal 216 berbunyi. sebagai berikut:
Ayat 1. Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran yang diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. 
Ayat 2. Kelengkapan dokumen SPM-UP untuk penerbitan SP2D adalah surat pernyataan tanggungjawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
Ayat 3. Kelengkapan dokumen SPM-GU untuk penerbitan SP2D mencakup
a. tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran; 
b. dihapus; (surat pengesahan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran periode sebelumnya)
c. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap; dan (ringkasan pengeluaran per rincian objek yang disertai dengan bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap)

d. dihapus. (bukti atas penyetoran PPN/PPh)
Dari pasal dan ayat-ayat yang mengalami perubahan pada Permendagri No. 21 Tahun 2011 yang merupakan perubahan kedua dari Permendagri No. 13 Tahun 2006 terutama dalam pengelolaan keuangan tingkat SKPD dan Unit kerja bisa disimpulkan antara lain:
  • Pengguna Anggaran dalam pengadaan barang/jasa langsung bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang kemudian disesuaikan dengan  peraturan perundang-undangan tentang Pengadaan  Barang/Jasa Pemerintah.
  • Kuasa Pengguna Anggaran dalam pengadaan barang/jasa langsung bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang kemudian disesuaikan dengan  peraturan perundang-undangan tentang Pengadaan  Barang/Jasa Pemerintah
  • Bahwa lampiran pertanggungjawaban bendahara penerimaan SKPD tidak lagi melampirkan buku pembantu per rincian objek penerimaan  
  • Batas jumlah pengajuan SPP-TU tidak lagi ditetapkan oleh Peraturan Kepala Daerah
  • Dalam hal bendahara pengeluaran SKPD mengajukan Permintaan Ganti Uang (GU) tidak lagi melampirkan Surat Pengesahan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran, ringkasan pengeluaran per rincian objek dan Bukti atas Penyetoran PPN/PPh  
Semoga bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi SKPD dalam rangka pengelolaan keuangan daerah, saran dan kritik !!!! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Pesan Anda